Peran BUMN Pada Era Digital

 

√ BUMN - Pengertian, Peran, dan Contoh Badan Usaha Milik Negara ...Saat ini sedang gencar dilakukan proses holdingisasi BUMN dalam menghadapi era persaingan global. Beberapa holding anggap saja sudah berhasil dibentuk, seperti holding perusahaan di bidang semen, perkebunan, dan pupuk. Beberapa dalam proses, seperti perbankan dan asuransi umum. Proses holdingisasi itu sendiri mengandung dinamika dan sarat dengan risiko strategis. Di luar isu proses, pemanfaatan atau positioning para holding tersebut perlu jelas supaya tidak menimbulkan crowding out pasar pelaku swasta.

Bila yang terjadi adalah crowding out, pasar yang bisa digarap oleh pihak swasta ditarik ke sektor BUMN, dan yang terjadi adalah persaingan antara BUMN dengan BUMS, khususnya swasta nasional, yang perlu mendapat dukungan regulasi sehingga memiliki arena bermain, playing field, yang setara antara kedua kelompok jenis usaha tersebut.

Holdingisasi, melalui pembentukan grup dan transfer kepemilikan kepada perusahaan yang ditunjuk menjadi induk, menghasilkan perusahaan dalam skala besar, atau relatif besar. Ini merupakan salah satu syarat penting, necessary requirement, untuk dapat disejajarkan dengan perusahaan-perusahaan multinasional atau bahkan global. Ukuran saja tidak cukup, perlu dibarengi dengan desain ulang organisasi untuk memiliki daya saing yang unggul, terutama bukan dengan BUMS nasional tetapi dengan BUMS asing atau patungan maupun perusahaan di luar negeri. Re-desain organisasi baik dilakukan melalui hanya sebatas rekayasa proses bisnis, business process reengineering, maupun melalui transformasi organisasi.

Selain ukuran grup, yang diukur dari nilai aset atau nilai pasar ekuitas, membangun keunggulan daya saing tergantung pada visi sejauh mana holding BUMN mendapat mandat untuk bermain dan bersaing. Ada beberapa pengertian perusahaan global yang perlu mendapat penajaman. Pengertian perusahaan global yang pertama, dengan tingkatan paling rendah, adalah perusahaan yang mampu menjalankan usaha seperti halnya perusahaan global pada umumnya untuk tetap bermain di pasar Indonesia. Pada tingkatan ini, grup BUMN diharapkan mampu bekerja secara ekonomis, efisien, dan efektif sebagai sebuah korporat. Keunggulan bersaing yang dibangun lebih pada kemampuan bersaing dengan sesama pemain di pasar Indonesia, baik swasta nasional, campuran, dan asing, dan berusaha membangun proteksi terhadap potensi pendatang baru dari luar negeri.

Untuk mampu bersaing di pasar Indonesia menghadapi pemain yang ada sekaligus membangun hambatan potensi pendatang baru, salah satu aspek penting yang harus dibangun adalah operasi prima, excellent operation. Beberapa faktor penting yang untuk membangun daya saing pada tataran ini adalah ekonomi skala (ecomomies of scale), ekonomi cakupan (economies of scope) untuk membangun kekuatan pasar (market power).

Perusahaan global tingkat kedua adalah perusahaan internasional. Grup BUMN tidak saja dituntut untuk mampu bermain di pasar Indonesia tetapi mampu menembus pasar di luar negeri melalui kegiatan ekspor. Pada tingkatan ini, tidak diperlukan kantor operasional maupun cabang atau anak perusahaan di luar negeri. Kegiatan dilakukan dengan menggandeng mitra di luar negeri, termasuk di dalamnya untuk kegiatan yang bersifat proyek. Pada prinsipnya, daya saing yang dimanfaatkan pada tingkat pertama di atas tetap menjadi yang terpenting, ditambah kemampuan membangun jejaring, termasuk di dalamnya negosiasi, untuk mendapatkan mitra yang bagus dengan kesepakatan bisnis yang bagus.

Setingkat lebih tinggi dari itu adalah perusahaan multinasional. Pada tingkatan ini, BUMN dituntut dan didesain untuk dapat mengembangkan usaha, baik cabang maupun anak perusahaan, di luar negeri. Induk BUMN di Indonesia dituntut untuk mampu mengendalikan aktivitas di luar negeri melalui cabang maupun anak perusahaan sekligus memberi keleluasaan secukupnya bagi unit di luar negeri tersebut untuk melakukan penyesuaian berdasarkan kondisi lokal supaya mampu bersaing di pasar lokal. Penyesuaian tergantung seberapa unik produk yang ditawarkan, struktur industri, dan regulasi di masing-masing pasar luar negeri.

Pada tingkatan ini, sumber daya perusahaan terdistribusi ke masing-masing anak usaha di luar negeri. Salah satu faktor penting yang perlu dibangun oleh organisasi adalah kemampuan untuk mengendalikan sumber daya lintas negara sehingga terjadi pemanfaatan bersama. Misalnya, manajemen arus kas tersentral, distribusi dan rantai pasok (supply chain) yang dikelola dari induk.

Yang terakhir adalah perusahaan global. Pada tataran ini, yang umumnya perusahaan menawarkan kepemilikan saham di masing-masing negara melalui penawaran umum (going public), anak perusahaan BUMN di luar negeri menjadi milik warga dunia. Perusahaan induk tetap saja bisa mengendalikan melalui kepemilikan mayoritas. Ini penting dalam rangka memanfaatkan daya saing yang dibangun dari induk perusahaan supaya dapat secara optimum dimanfaatkan di masing-masing anak perusahaan tersebut. Bila tidak, dan BUMN induk tidak lagi menjadi pemegang saham mayoritas, maka induk tergeser perannya, dan mungkin hanya sebatas pada hubungan investor-investee dalam bentuk holding portofolio.

Akan cantik bila BUMN, atau ada BUMN mampu memcapai tingkat keempat tersebut. Untuk membangunnya, selain faktor kemauan dan ketetapan pemerintah untuk menugaskan BUMN menuju status perusahaan multinasional sampai global, ada beberapa faktor penting lainnya, yaitu kepemimpinan berwawasan global, sumber daya manusia atau human capital yang memiliki eksposur lintas negara, strategi, dan daya saing yang unggul, manajemen perubahan yang kuat, dan pengelolaan risiko yang andal. Bila hal-hal tersebut mampu dikembangkan dan diterapkan, peran BUMN diharapkan akan maksimum pada perkembangan ekonomi dan daya saing nasional.


Sumber https://ppm-manajemen.ac.id

Copyright © 2024 Pustikom Universitas Bung hatta