Transformasi Industri Public Relations Pasca Krisis Covid-19: Peluang dan Tantangan

Sejak awal tahun 2020, dunia telah melihat serangkaian perubahan paradigma yang luar biasa di sekitar setiap lini bisnis, dari peningkatan permintaan yang sangat besar di beberapa industri hingga hilangnya total permintaan di industri lainnya. Pandemi mengakibatkan perubahan signifikan pada banyak sekali bidang industri.

Industri Public Relations atau hubungan masyarakat merupakan industri yang berkembang ketika industri lainnya berkembang. Berkembangnya teknologi komunikasi dan digitalisasi menjadikan Public Relations menjadi profesi yang cukup diminati. Industri ini mempekerjakan lebih dari 270.000 orang di Amerika dan jutaan lainnya diseluruh dunia.

Pada 2018 pasar public relations bernilai $ 63,8 miliar (Buheji,2020, hal 27). Telah diprediksi sejak tahun tersebut, bahwa pada tahun 2020 diperkirakan PR akan kian masif dan intensif perkembangannya dengan memanfaatkan teknologi analisis data sebagai basis perumusan strategi yang lebih cerdas.


Namun datangnya pandemi yang tak terduga merubah struktur banyak hal terutama ekonomi. Dilansir dari m.mediaindonesia.com menurut Dosen Komunikasi Politik UIN Jakarta, Gun-Gun Heryanto (2020, Mei 28) menyebutkan bahwa industri PR sejatinya akan selalu berbanding lurus dengan sektor ekonomi. Artinya pandemi membawa dampak negatif bagi perhumasan.

Perubahan radikal besar ini menunjukkan bahwa masa depan akan berbeda, dan praktisi Public Relations perlu mempersiapkan diri untuk era lain yang berbeda yang membutuhkan paradigma baru dan yang paling penting, kompetensi yang berbeda. (Levenson, 2020, hal 32)
Kamus Oxford (2020) mendefinisikan era normal baru sebagai peristiwa, atau status era yang sebelumnya tidak dikenal, atau situasi atipikal yang telah menjadi standar, atau biasa, atau diharapkan.

Pandemi covid-19 adalah peristiwa mendadak, tetapi era normal baru ini juga bisa menjadi konsekuensi dari perubahan yang lebih luas di dunia modern. Era normal baru datang untuk memastikan komunitas dan organisasi dapat merespon secara cepat dan melakukan adaptasi efisien untuk perubahan.

Ini akan memastikan bahwa dunia dapat lebih sigap dan siap dengan segala kemungkinan terburuk seperti krisis, goncangan atau resiko tantangan yang dapat terjadi di masa depan (Majalah Politico,2020 hal 6).
Artinya era pasca pandemi akan mengakibatkan perubahan signifikan pada banyak sekali bidang, tak terkecuali industri Public Relations. Industri Public Relations atau hubungan masyarakat merupakan industri para praktisi PR dalam melakukan kegiatan kehumasannya.


Menurut Frank Jefkins (2003,5) PR adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.


Terlepas dari bahasan secara konseptual, tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan public relations kini sangat berkaitan dengan perkembangan industri-industri lainnya. Tantangan dan peluang akan berubah seiring transformasi signifikan yang terjadi pada era normal baru setelah pandemi. Tidak terpenuhinya kompetensi guna mencapai peluang dan menjawab tantangan tersebut justru akan menghasilkan krisis.


Berkaca dari buku Donald A. Schn, "The Reflective Practitioner" para peneliti telah merumuskan skenario realitas pasca covid-19 dan tantangan yang perlu dihadapi perusahaan (Meister,2020, ed). Skenario tersebut diantaranya;


1.Munculnya bentuk kepemimpinan baru
Komunikasi, kolaborasi, transparansi, dan inovasi adalah hal penting yang perlu dimiliki organisasi saat ini. Hidup dalam lingkungan yang semakin berubah, kompleks dan tidak pasti, dan kami membutuhkan orang-orang yang mampu melihat ke masa depan dengan optimisme dan menghasilkan peluang di sekitar perubahan. Kepemimpinan seperti ini lah yang merupakan bentuk ideal untuk menghadapi era normal baru.


2.Transfer kendali atas pesan yang berbeda
Para pemimpin harus lebih fleksibel dan memberikan otoritas komunikasi terhadap para manajer mereka terutama praktisi PR. Hal ini karena tombak laju perusahaan ada pada orang-orang handal dan profesional dalam bidangnya. Pasca pandemi sangat beresiko karena pengusahaan tumbuhnya ekonomi akan mempengaruhi praktik kehumasan.


3.Komunikasi internal untuk membangun kepercayaan
Krisis ini telah melatih banyak pihak untuk belajar bertahan. Penting untuk memiliki tenaga kerja yang berkomitmen, tenaga kerja yang bekerja keras dan memberikan yang terbaik di setiap kesempatan, tenaga kerja yang selalu memahami bagaimana beradaptasi dengan keadaan. Hal ini menjadi krusial karena kondisi dan tantangan yang semakin besar tentu memerlukan loyalitas pekerja yang kuat.


Dalam hal ini menjadi tantangan bagi humas untuk dapat mencapai hubungan hingga level ini dengan jalur komunikasinya. Hambatan terbesarnya adalah karena resiko hilangnya rasa konektivitas para pekerja karena maraknya pekerjaan jarak jauh saat pandemi terjadi, jadi penting bagi humas untuk memperbaiki kondisi ini guna
mengontrol situasi sebelum menghadapi guncangan era pasca pandemi.

Untuk itu, hadirnya semangat baru, budaya baru, kebiasaan baru, dan keseimbangan baru sangat diperlukan. Paradigma dan pola berpikir yang baru harus menjadi prioritas PR dalam menghadapi pasar dan konsumennya.
Selain itu, unsur speed (kecepatan) dalam merespon kebutuhan brand, manajemen dan konsumen harus dikonsep ulang, karena praktisi harus benar-benar berpikir alternatif solutif serta kreatif dengan seksama untuk dapat melewati tantangannya.


Poin penting selanjutnya adalah para PR harus sadar dan mengantisipasi munculnya perilaku baru konsumen pasca pandemi. Diantaranya seperti kebiasaan belanja online yang meningkat drastis bahkan setelah new normal era karena sebagian masyarakat masih memiliki trauma pandemi sehingga meski diperbolehkan keluar rumah kembali tetap ada dari mereka yang takut untuk meninggalkan rumah mereka.


Yang harus dilakukan PR agar tetap bertahan adalah dengan membaca situasi secara cermat dan harus mampu memberikan solusi yang inovatif seperti; meninggalkan komunikasi tradisional atau manual,konten adalah emas .
Walau dihadang banyak tantangan, pada era ini PR juga memiliki banyak peluang yang dapat dimanfaatkan. Setelah diterjang wabah beberapa bulan, hal ini membuat para praktisi humas telah terlatih untuk dapat bekerja dalam berbagai situasi, dimanapun dan kapanpun.


Selain itu, dalam era ini interaksi yang dilakukan akan mengedepankan interaksi secara online dengan kondisi real time. Dengan keadaan seperti ini, maka platform-platform menjadi senjata paling ampuh untuk menarik atensi masyarakat. Konten-konten yang disajikan juga diprediksi akan lebih kreatif karena banyaknya persaingan atensi didalam jaringan.


Untuk mencapai itu, diperlukan kontuitas konten relevan, tetap berpromosi namun tetap menunjukan empati, hal ini dapat membantu konsumen mengingat eksistensi brand suatu perusahaan. Dengan peluang ini PR harusnya dapat membaca situasi dengan memperbanyak produksi konten digital dan menerapkan strategi secara cermat.

Sumber https://www.kompasiana.com

Copyright © 2024 Pustikom Universitas Bung hatta