Pengaruh Inflasi terhadap Bunga Bank

Bicara tentang ekonomi tak akan ada habisnya, karena memiliki cakupan yang sangat luas. Salah satunya adalah inflasi. Istilah inflasi mungkin saat ini terdengar begitu familiar, meski ada pula sebagian masyarakat yang asing dengan istilah tersebut. Namun, pada prinsipnya inflasi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.


Peran inflasi dalam pertumbuhan ekonomi
Inflasi dapat dipahami sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Banyak yang beranggapan bahwa inflasi berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi. Benarkah? Tidak selalu. Sebagai salah satu unsur ekonomi makro, inflasi justru diperlukan agar perekonomian di suatu negara tetap stabil, dengan catatan inflasi yang terjadi masih dalam tingkat yang wajar, yakni antara 2% hingga 3% per tahun. Jadi, inflasi tak selalu memiliki dampak negatif.


Meski inflasi diperlukan, namun kenaikannya tetap harus dipantau atau tidak terjadi hiperinflasi. Hiperinflasi merupakan inflasi yang tidak terkendali, di mana harga-harga barang dan jasa naik begitu cepan dan nilai uang menurun secara drastis. Inflasi inilah yang harus dihindari karena berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.


Banyak negara yang perekonomiannya hancur akibat hiperinflasi. Sebut saja Venezuela, Zimbabwe, bahkan Amerika Serikat sekalipun. Ada yang berhasil bangkit, ada pula yang masih ‘berjuang’ untuk keluar dari keterpurukan ekonomi. Pada prinsipnya, inflasi yang tidak terlalu tinggi maupun rendah dapat menjaga perekonomian suatu negara tetap stabil.


Hubungan antara inflasi dengan suku bunga
Inflasi sering kali dikaitkan dengan unsur ekonomi lainnya dalam ekonomi makro. Salah satunya adalah suku bunga. Bunga merupakan biaya yang muncul atas adanya aktivitas meminjamkan uang. Ketika meminjam uang, Anda akan dibebani dengan ‘biaya sewa’ atas uang yang dipinjam. Anda diwajibkan untuk membayar ‘sewa’ atau ‘bunga’ selama jangka waktu pinjaman tersebut berjalan hingga tiba masanya pelunasan.


Banyak faktor yang menentukan tinggi rendahnya suku bunga. Tak hanya skor atau peringkat kredit debitur, tetapi juga tergantung pada penawaran atau permintaan. Ketika tingkat permintaan akan pinjaman tinggi dan tingkat penawarannya rendah, maka tingkat suku bunga akan tinggi pula. Sebaliknya, apabila tingkat permintaan rendah dan tingkat penawaran pinjaman tinggi, maka tingkat suku bunga akan rendah pula.


Lantas, apa hubungan antara inflasi dengan suku bunga? Suku bunga diberlakukan pada pinjaman. Sebab itu, suku bunga memiliki peran penting dalam industri perbankan. Secara umum, tingkat suku bunga pinjaman ditentukan oleh bank sentral sebagai pemegang otoritas tertinggi pada industi perbankan. Meski demikian, setiap bank umum secara khusus memiliki kewenangan untuk menentukan tingkat suku bunga pinjaman, tetapi tidak boleh lebih dari suku bunga yang telah ditetapkan oleh bank sentral.


Bank sentral memiliki seperangkat kebijakan yang mampu mempengaruhi tingkat inflasi guna mengatur stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Tak heran, karena bank sentral adalah pemegang otoritas tertinggi dalam menentukan kebijakan moneter. Atas kewenangan tersebut, bank sentral juga dapat memanipulasi suku bunga jangka pendek untuk mempengaruhi tingkat inflasi dalam perekonomian.


Inflasi dan suku bunga memiliki korelasi terbalik, di mana ketika inflasi meningkat, suku bunga akan turun. Demikian pula sebaliknya. Ketika suku bunga turun atau rendah, permintaan terhadap pinjaman akan lebih banyak, di mana masyarakat akan memilih untuk meminjam lebih banyak uang daripada menabung. Artinya, semakin banyak uang yang akan dibelanjakan, sehingga ekonomi tumbuh dan tingkat inflasi mengalami kenaikan.


Sebaliknya, ketika suku bunga naik, permintaan terhadap pinjaman menurun, karena masyarakat lebih memilih untuk menabung sebab tingkat pengembalian dari tabungan lebih tinggi. Hal ini secara lebih lanjut akan berimbas pada lebih sedikitnya jumlah uang yang dibelanjakan, sehingga berakibat pada melambatnya perekonomian dan inflasi menurun.


Unsur-unsur dalam hubungan antara inflasi dengan suku bunga
Hubungan inflasi dengan suku bunga bank setidaknya dapat digambarkan dalam tiga unsur, yaitu sistem perbankan, teori kuantitas uang, dan peran dari suku bunga itu sendiri.
• Sistem perbankan
Sistem perbankan merupakan tata cara, aturan-aturan, dan pola yang digunakan oleh sektor perbankan dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Dalam perkembangan ekonomi dunia saat ini, sistem perbankan yang digunakan adalah perbankan cadangan fraksional.


Perbankan cadangan fraksional adalah sebuah sistem perbankan yang memungkinkan bank komersial untuk menghasilkan keuntungan dengan meminjamkan sebagian dari deposito atau tabungan nasabah, dan sebagian lainnya disimpan dalam bentuk tunai yang disediakan untuk penarikan.


Sebagai ilustrasi, nasabah meyetorkan uang sebesar Rp 1 juta ke dalam tabungan atau depositonya di bank. Bagaimana bank memperlakukan uang nasabah tersebut? Bank berwenang untuk mengalihkan sebagian uang tersebut sebagai pinjaman kepada nasabah lain atau yang disebut dengan debitur.


Besaran bagian yang dipinjamkan tentu harus sesuai dengan ketentuan rasio cadangan yang ditetapkan oleh bank sentral. Jika rasionya sebesar 10%, maka bank dapat meminjamkan dana nasabah sebesar 90%, atau yang dalam contoh ini adalah Rp 900 ribu sedangkan Rp 100 ribu tetap disimpan dalam brankas.


Dalam proses peredaran dana nasabah yang dipinjamkan, ada dua klaim senilai Rp 1,9 juta dalam perekonomian. Jumlah uang beredar meningkat dari Rp 1 juta menjadi Rp 1,9 juta. Inilah gambaran sederhana dari perlakuan dana simpanan dalam sistem perbankan cadangan fraksional.


• Teori kuantitas uang
Teori kuantitas uang dalam ilmu ekonomi menyatakan bahwa inflasi ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang. Semakin banyak jumlah uang yang beredar, dapat mendorong kenaikan harga, sehingga setiap lembar uang kertas mengalami penurunan nilainya. Sebaliknya, jika jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin sedikit, maka harga barang dan jasa akan mengalami penurunan, yang artinya tingkat inflasi menurun.


Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa inflasi tak selalu memiliki dampak buruk terhadap perekonomian. Namun, apabila inflasi terlalu tinggi dapat mengakibatkan lonjakan harga barang dan jasa yang tak terkendali. Umumnya tingkat inflasi yang ditargetkan oleh bank sentral per tahun adalah berkisar antara 2% hingga 3%. Jika tingkat inflasi lebih tinggi dari yang ditargetkan, maka berisiko terjadi hiperinflasi, bahkan dengan tingkat inflasi yang mencapai 50% atau lebih per bulan.


• Peran suku bunga
Bicara tentang suku bunga, bank memainkan peran dari suku bunga ini. Suku bunga bertindak sebagai ‘harga’ yang harus dibayar untuk menyimpan atau meminjam uang. Untuk simpanan tentu bank yang harus membayar suku bunga kepada nasabah.

Sementara untuk pinjaman, tentu saja nasabah peminjam atau debitur yang harus membayar suku bunga pinjaman kepada bank.
Di saat suku bunga rendah, masyarakat baik individu maupun pengusaha cenderung mengajukan lebih banyak pinjaman. Hal ini berpengaruh pada meningkatnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Semakin banyaknya jumlah uang yang beredar akan mendorong kenaikan inflasi.


Sebaliknya, ketika suku bunga tinggi, masyarakat tidak banyak mengajukan pinjaman, sehingga jumlah uang yang beredar menurun. Akibatnya, tak banyak uang yang dibelanjakan sehingga inflasi menurun.


Pengaruh inflasi terhadap suku bunga bank
Inflasi memiliki peran penting dalam ‘tarik ulur’ perekonomian agar ekonomi di suatu negara tetap dan terus tumbuh. Ekonomi yang bertumbuh menunjukkan adanya geliat pasar di mana aktivitas ekonomi di setiap lini masyarakat terus bergerak. Selama inflasi masih dalam taraf normal, dalam arti tidak terlalu tinggi atau rendah, stabilitas ekonomi akan tetap terjaga.


Untuk mengendalikan inflasi, bank sentral menggunakan suku bunga. Inflasi merupakan peningkatan harga umum secara berkelanjutan dalam suatu perekonomian. Sementara suku bunga adalah biaya yang harus dibayarkan atas dana pinjaman.

Ketika nasabah menyetor uang atau mengajukan pinjaman ke bank, suku bunga yang diberlakukan adalah suku bunga nominal, di mana pada suku bunga tersebut mencakup suku bunga riil dan premi untuk inflasi. Suku bunga riil adalah biaya uang aktual yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran uang dalam suatu perekonomian. Pada saat inflasi nol, suku bunga nominal akan sama dengan suku bunga riil. Namun, mustahil jika inflasi nol.


Inflasi yang meningkat akan berpengaruh pada naiknya suku bunga nominal. Meski suku bunga riil tetap, namun premi untuk inflasi akan ikut mengalami kenaikan. Bahkan, agar pertumbuhan ekonomi melaju cepat, tingkat suku bunga harus lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi. Penjelasannya adalah meminjamkan uang guna mendorong pertumbuhan ekonomi, suku bunga harus lebih tinggi daripada inflasi. Sebab suku bunga yang lebih tinggi dari tingkat inflasi dapat meningkatkan nilai uang. Lain halnya jika suku bunga lebih rendah dari tingkat inflasi.


Sebagai contoh, di saat tingkat suku bunga tahunan 5%, sedangkan tingkat inflasi 10%, maka bank akan menurunkan penawaran pinjaman, sehingga tingkat penawaran pinjaman menjadi rendah. Hal ini dilakukan karena nilai uang dari pengembalian atas pinjaman rendah, sehingga kondisi ini tidak menguntungkan bagi bank.


Pengaruh inflasi terhadap suku bunga bank dapat dibedakan menjadi dua, yakni ketika inflasi tinggi dan inflasi rendah.
• Pengaruh inflasi tinggi terhadap suku bunga
Tak bisa dipungkiri bahwa kondisi ekonomi tak selalu stabil, terkadang tumbuh melesat, terkadang pula melambat dan terpuruk. Sebab itulah dibutuhkan stimulus-stimulus untuk menggerakkan roda perekonomian agar aktivitas ekonomi terus menggeliat sehingga mampu memicu pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.


Di saat tingkat inflasi tinggi, di mana harga umum barang dan jasa mengalami kenaikan, maka bank sentral harus membuat kebijakan untuk menurunkan inflasi. Ketika tingkat inflasi tinggi, untuk mengendalikannya, bank sentral menaikkan tingkat suku bunga agar tingkat inflasi menurun.


Ketika suku bunga naik, maka pinjaman menjadi mahal karena biayanya pun naik. Kondisi ini akan menekan permintaan masyarakat terhadap pinjaman, sehingga jumlah pinjaman menurun. Jika permintaan pinjaman menurun, maka jumlah uang beredar di masyarakat pun akan menurun. Artinya, masyarakat memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan. Dengan kata lain, daya beli masyarakat pada barang dan jasa menjadi rendah. Akibatnya, mereka akan membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih sedikit.


Rendahnya daya beli masyarakat pada gilirannya akan menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang dan jasa secara umum. Pada pasokan tetap atau penawaran yang konsisten, tentu saja akan terjadi penurunan tingkat permintaan, sehingga harga barang dan jasa di pasaran akan jatuh. Dengan jatuhnya tingkat harga umum barang dan jasa, secara otomatis akan menurunkan tingkat inflasi.


• Pengaruh inflasi rendah (deflasi) pada suku bunga
Bagaimana jika yang terjadi adalah deflasi, yakni penurunan tingkat harga umum barang dan jasa secara drastis. Pada kondisi inflasi rendah atau deflasi, bank sentral mengambil kebijakan untuk menurunkan suku bunga bank.


Suku bunga bank yang mengalami penurunan akan menyebabkan biaya pinjaman menjadi lebih murah. Hal ini tentu menjadi kabar gembira bagi masyarakat baik individu maupun perusahaan. Sebab mereka berpeluang untuk mendapatkan pinjaman dengan tingkat pengembalian yang rendah. Kondisi ini tentu mendorong tingkat permintaan terhadap pinjaman semakin tinggi.


Ketika jumlah pinjaman meningkat, maka jumlah orang yang beredar di masyarakat juga akan meningkat. Artinya, daya beli masyarakat meningkat karena memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan pada barang dan jasa. Hal ini memicu kenaikan tingkat permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga seiring berjalannya waktu harga barang dan jasa akan terdongkrak. Di saat harga barang dan jasa naik, secara otomatis tingkat

Sumber https://www.simulasikredit.com

Copyright © 2024 Pustikom Universitas Bung hatta