Menghitung Rasio Likuiditas untuk Mengetahui Kinerja Keuangan Perusahaan

Cetak

Pentingnya Mengetahui Rasio Keuangan - Krishand BlogSetiap perusahaan harus bisa memenuhi kewajiban keuangan mereka yang harus dipenuhi. Menurut S. Munawir dalam buku yang ia tulis menjelaskan jika rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.


Oleh kerana itu, setiap perusahaan harus memahami rasio likuiditas yang terdiri dari beberapa jenis yaitu rasio lancar atau current ratio, rasio cepat atau quick ratio, dan rasio kas atau cash ratio. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan mengenai cara menghitung rasio likuiditas dengan beberapa langkah.

1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current ratio merupakan cara penghitungan rasio likuiditas yang paling sederhana dibanding cara lainnya. Penghitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva perusahaan yang likuid pada saat ini atau aktiva lancar (current asset).
Jenis aktiva ini adalah aktiva yang dapat ditukarkan dengan kas dalam jangka waktu satu tahun. Rumus perhitungan current ratio adalah sebagai berikut:


Aktiva lancar (current assets) : hutang Lancar (current liabilities)
Contohnya suatu perusahaan memiliki aktiva lancar sebesar Rp10.000.000 dan kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000, Jadi current ratio perusahaan adalah
10.000.000 : 5.000.000 = 2,0


Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya. Karena perbandingan aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki. Namun jika ratio lancar yang dimiliki perusahaan nilainya di bawah 1,0 kali, maka kemampuannya dalam melunasi utang masih dipertanyakan.


Selain itu, jika rasio lancar suatu perusahaan nilainya lebih dari 3,0 bukan berarti perusahaan tersebut dalam keadaan keuangan yang baik. Bisa jadi perusahaan tersebut tidak mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal, tidak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak mengelola modalnya dengan baik.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Quick ratio merupakan penjelasan lebih lanjut dari current ratio. Penghitungan quick ratio hanya menggunakan aktiva lancar yang paling likuid untuk dibandingkan dengan kewajiban lancar. Inventaris tidak termasuk ke dalam perhitungan quick ratio karena sulit untuk ditukar dengan kas, sehingga quick ratio jauh lebih ketat dari current ratio. Cara penghitungan quick ratio yaitu:
Quick ratio = (aktiva lancar – persediaan) : utang lancar


Misalnya perusahaan Maju Jaya memiliki aktiva lancar senilai Rp20.000.000, inventaris Rp2.000.000, dan kewajiban lancar Rp6.000.000. Maka rasio cepatnya adalah
(Rp.20.000.000 – Rp.2.000.000) : Rp.6.000.000.000 = 3,0


Hasil penghitungan quick ratio jika lebih dari 1,0 maka menunjukkan kemampuan perusahaan yang baik dalam memenuhi kewajibannya. Namun, jika nilainya di atas 3,0 kali maka bukan berarti keadaan likuiditas perusahaan sedang baik. Boleh jadi kas perusahaan jumlahnya besar karena tidak dialokasikan kemana pun sehingga tidak produktif.


Sebab lain adalah karena tingginya piutang perusahaan tersebut. Quick ratio dapat dijadikan acuan yang lebih baik karena berfokus pada aktiva lancar yang mudah diubah menjadi kas.


3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Cash ratio adalah cara penghitungan likuiditas yang melibatkan kas perusahaan. Manfaatnya mirip dengan current ratio dan quick ratio yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menjadikan kas sebagai acuan.

Berikut adalah cara penghitungannya:
Cash ratio = (kas + surat berharga) : utang lancar
Misalnya suatu perusahaan memiliki kas senilai Rp5.000.000, surat berharga senilai Rp3.000.000 dan kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000. Maka kas rasionya adalah
(5.000.000 + 3.000.000) : 5.000.000.000 = 1,6


Rasio kas jarang digunakan oleh perusahaan karena kurang realistis dan tidak mudah dipertahankan nilainya. Jumlah kas berlebih yang ada pada perusahaan yang mampu menutupi kewajiban lancar sering dianggap sebagai kas tidak produktif yang tidak dimanfaatkan dengan baik.


5 jenis item yang sering digunakan dalam menghitung sebuah nilai likuiditas perusahaan adalah, aktiva lancar, utang lancar, kas, surat berharga, persediaan. Untuk mengetahui nilai akhir dari perhitungan 5 item tersebut, pastinya perusahaan membutuhkan proses pencatatan akuntansi yang cermat dan tepat.

Sumber https://www.jurnal.id