Apa Saja Keuntungan dan Kerugian Inflasi?

Cetak

BPS : Inflasi 2018 3,31 Persen, Lebih Rendah dari Tahun Sebelumnya -  PORTONEWSInflasi merupakan sebuah istilah yang sering didengar oleh masyarakat, baik melalui berita atau percakapan sehari-hari. Sayangnya, inflasi sering dimaknai secara negatif. Meski terjadinya inflasi tidak dapat dikatakan sebagai kabar baik bagi perekonomian negara, bukan berarti tidak ada sisi positif dari fenomena ini.

Artikel ini secara tuntas akan membahas apa saja keuntungan dan kerugian inflasi, beserta penjelasan singkat tentang apa itu inlfasi.

Definisi Inflasi

Secara umum, inflasi dapat diartikan sebagai peristiwa kenaikan harga di pasar yang terjadi secara terus menerus. Ada banyak hal yang dapat memicu terjadinya inflasi. Salah satunya ketika daya beli masyarakat menurun akibat naiknya harga barang yang tidak diiringi dengan naiknya pendapatan. Akibatnya pertumbuhan ekonomi berjalan sangat lambat hingga terjadi inflasi.

Keuntungan Inflasi

Sebagai sesuatu yang selama ini dipandang negatif, rasanya mustahil inflasi dapat mendatangkan keuntungan. Namun tetap ada beberapa hal positif yang didapatkan oleh inflasi, antara lain adalah sebagai berikut:

Kenaikan gaji pegawai
Inflasi yang tidak terlalu tinggi memungkinkan terjadinya kenaikan gaji. Masyarakat beranggapan bahwa rasio inflasi menengah memudahkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan gaji relatif.

Sebagai contoh, memotong gaji nominal mungkin sulit dilakukan, namun jika gaji rata-rata meningkat karena inflasi menengah, maka lebih mudah untuk menaikkan gaji pekerja produktif.

Deflasi
Inflasi negatif bisa memberikan dampak yang sangat buruk bagi negara dan masyarakatnya. Sebuah kasus yang pernah terjadi di Jepang menunjukkan bahwa negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat lambat di masa inflasi akibat adanya tekanan deflasi.

Saat harga barang jatuh, masyarakat ragu dan takut untuk membelanjakan uang mereka karena khawatir harganya akan semakin jatuh di masa mendatang. Terlebih lagi, deflasi meningkatkan nilai nyata utang dan menurunkan disposable income (penghasilan yang siap dibelanjakan) pada masyarakat yang bergelut dengan utang.

Penyesuaian harga relatif
Sama halnya seperti penyesuaian gaji, inflasi menengah membuat penyesuaian harga relatif menjadi semakin mudah. Pada kasus yang terjadi di Eropa, hal ini sangat penting untuk zona mata uang tunggal seperti di Benua Biru tersebut.

Rasio inflasi yang sangat rendah di Eropa memaksa pemerintah untuk memotong gaji dan harga barang, yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan ekonomi.

Inflasi meningkatkan pertumbuhan
Terkadang saat rasio inflasi sangat rendah, ekonomi mengalami kemacetan dan terjebak dalam resesi. Oleh karena itu, menarget rasio inflasi yang lebih tinggi dapat memungkinkan terjadinya peningkatan pada pertumbuhan ekonomi. Namun perspektif ini dinilai kontroversial dan tidak banyak ahli ekonomi yang menyarankan angka inflasi lebih tinggi sebagai targetnya apabila sebuah negara mengalami resesi berkepanjangan.

Para pengusaha akan diuntungkan
Dalam hal ini, tidak semua pengusaha dapat mengambil keuntungan dari terjadinya inflasi. Apabila seorang pengusaha bisa memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibanding kenaikan biaya produksi yang harus ditanggung, maka bisa dikatakan ia mendapatkan keuntungan dari inflasi yang terjadi.

Kenaikan harga barang saat inflasi mendorong produsen untuk melipat gandakan jumlah barang yang diproduksi, pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka. Pengusaha yang dapat mengambil keuntungan dari inflasi antara lain adalah mereka yang bergerak di bidang produksi atau penjualan bahan pokok. Daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok akan tetap tinggi meski rasio inflasi yang terjadi juga tinggi.

Orang yang berutang di bank bisa mengambil keuntungan
Pihak lain yang dapat merasakan keuntungan akibat inflasi adalah mereka yang memiliki utang di bank atau debitur. Debitur atau penerima utang mendapat keuntungan karena bank sentral akan menaikkan suku bunga saat terjadi inflasi. Hal ini membuat nilai uang menjadi turun, sehingga uang yang mereka bayarkan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan saat mereka menerimanya pertama kali.

Kerugian Inflasi

Inflasi sebenarnya tidak terlalu mengancam dan merugikan jika angkanya berada di bawah 2 persen. Namun jika rasio inflasi terus naik hingga menembus angka 2 persen, maka saat itulah kondisi menjadi lebih serius. Hiperinflasi atau inflasi yang terlalu tinggi bisa menghabiskan semua tabungan masyarakat dan berdampak pada ketidakstabilan yang signifikan.

Seiring dengan naiknya inflasi, suku bunga juga akan naik sehingga tabungan masyarakat masih tetap aman. Meskipun demikian, inflasi tetap saja membawa beberapa kerugian atau dampak negatif seperti:

Jatuhnya gaji yang sebenarnya
Tingginya rasio inflasi dapat menyebabkan jatuhnya upah riil. Saat nilai inflasi lebih tinggi dari upah nominal, maka upah riil akan jatuh.

Berkurangnya nilai tabungan
Berkurangnya nilai tabungan akan menyebabkan turunnya nilai uang. Ini artinya, sebagai orang yang menabung kondisi Anda akan lebih buruk jika rasio inflasi lebih tinggi dari suku bunga. Inflasi tinggi dapat menyebabkan redistribusi pendapatan di masyarakat. Pada kebanyakan kasus, para pensiunan menderita kerugian yang lebih besar saat terjadi inflasi.

Ekonomi yang tidak kompetitif
Inflasi cenderung membuat perekonomian menjadi tidak kompetitif. Sebagai contoh, inflasi yang tinggi di Italia menyebabkan ekspor negara tersebut menjadi tidak kompetitif, yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan ekonomi, permintaan agregat yang lebih rendah, demikian juga dengan defisit akun saat itu.

Pemberi pinjaman merasakan kerugian
Jika tadi di atas disebutkan bahwa inflasi memberikan keuntungan tersendiri bagi debitur, maka kerugian justru dialami oleh para kreditur atau pihak yang memberikan pinjaman. Akibat adanya inflasi, nilai uang yang diterima dari para kreditur lebih rendah dibandingkan sebelum inflasi.

Daya beli pegawai menurun
Bagi orang-orang yang memiliki penghasilan tetap seperti pegawai negeri sipil (PNS), karyawan perusahaan, polisi, atau TNI akan merasakan dampaknya. Ketika harga-harga barang naik karena inflasi, gaji atau pendapatan yang mereka terima tidak ikut naik sehingga akan mempengaruhi daya beli mereka. Dalam kasus ini, kesejahteraan mereka menurun akibat adanya inflasi.

Distribusi pendapatan memburuk
Orang-orang yang memiliki tingkat pendapatan lebih besar dibandingkan laju inflasi memang dapat mengambil keuntungan dari peristiwa ini. Namun jumlah mereka sangat sedikit, biasanya hanya pengusaha-pengusaha yang bergerak di bidang produksi dan distribusi kebutuhan bahan pokok saja.

Jumlah masyarakat yang pendapatannya lebih rendah dibandingkan laju inflasi jauh lebih besar sehingga akan terjadi ketidakseimbangan distribusi pendapatan di sini.

Stabilitas ekonomi terganggu
Inflasi merupakan sesuatu yang sangat tidak diharapkan oleh negara manapun. Ini karena stabilitas perekonomian negara akan sangat terganggu dengan adanya inflasi. Saat inflasi terjadi, ada kemungkinan kenaikan harga akan terus menerus terjadi yang artinya harga-harga barang akan terus melaju naik tanpa terkendali.

Sebelum harga semakin naik, masyarakat akan membeli barang secara besar-besaran. Ketika perusahaan atau penyedia tidak dapat memenuhi tuntutan dari masyarakat, penawaran barang pun tidak seimbang dengan jumlah permintaannya. Kondisi ini bisa mempercepat laju inflasi, yang menyebabkan kondisi ekonomi menjadi semakin buruk saja.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Inflasi

Saat membahas inflasi beserta keuntungan dan kerugiannya, tentu tidak bisa lepas dari bahasan penyebab inflasi itu sendiri. Tidak ada jawaban pasti mengapa sebuah negara bisa mengalami inflasi, namun beberapa kondisi di bawah ini dapat menjadi faktor yang memicu terjadinya inflasi.

Terlalu banyak jumlah uang yang beredar
Inflasi akan terjadi ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat melebihi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Nilai uang sendiri ditentukan oleh jumlah fisik yang beredar di masyarakat dan bagaimana persepsi publik tentang mata uang.

Saat bank sentral ingin meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi sebuah negara, mereka akan menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Hal ini justru membuat persepsi masyarakat tentang uang itu sendiri menurun. Akibatnya akan terjadi devaluasi yang memaksa produsen menaikkan harga barang karena rendahnya nilai mata uang di masyarakat.

Peningkatan utang negara
Utang negara memang bukan sesuatu yang baik, sekalipun alasannya adalah untuk pembangunan negara. Besarnya jumlah utang yang dimiliki oleh negara memaksa mereka untuk mengeluarkan kebijakan yang kurang populer, yaitu menaikkan tarif pajak atau mencetak lebih banyak uang untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

Kedua hal tersebut akan menciptakan efek domino pada sektor yang lain. Misalnya, produsen akan menaikkan harag barang akibat naiknya pajak yang harus dibayar. Namun jika pemerintah memutuskan untuk menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat, seiring berjalannya waktu akan terjadi devaluasi atau penurunan nilai mata uang.

Demand-pull effect
Menurut demand-pull effect, daya beli masyarakat akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan upah kerja atau pendapatan yang diterima. Hal ini sering terjadi pada masyarakat dimana ekonomi sedang tumbuh dan jumlah pengangguran minimal.

Alhasil, permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa pun meningkat. Tingginya permintaan mendorong produsen atau penyedia jasa untuk menaikkan harga dan menyesuaikannya dengan daya beli masyarakat agar permintaan dan penawaran menjadi seimbang.

Contoh kasus untuk peristiwa ini misalnya adalah sebagai berikut. Ketika upah bekerja bangunan turun, masyarakat akan berbondong-bondong untuk membangun atau memperbaiki rumah mereka. Ketika permintaan semakin tinggi, maka harga yang dipatok untuk bekerja bangunan pun juga akan ditingkatkan. Hal ini juga berlaku untuk sektor lain yang berhubungan dengan pembangunan rumah seperti tukang kayu, tukang listrik, dan jasa-jasa lainnya.

Cost-pull effect
Cost-pull effect atau efek dorongan biaya adalah teori yang menyatakan bagaimana cara perusahaan dapat mempertahankan profitabilitas mereka ketika terjadi kenaikan biaya bahan produksi seperti barang mentah dan upah pegawai. Jalan yang ditempuh oleh produsen adalah membebankan biaya tersebut pada konsumen dengan memberikan harga barang yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Contohnya, harga secangkir kopi di kedai akan naik ketika harga biji kopi naik. Dengan cara seperti ini, pemilik kedai dapat mempertahankan keuntungan yang diperoleh meski harga bahan meroket.

Nilai tukar mata uang melemah
Konsumen mikro atau pada tingkat individu mungkin tidak merasakan dampak nilai tukar mata uang. Namun dalam skala ekonomi global, nilai tukar mata uang menjadi hal yang sangat penting dalam menentukan rasio inflasi sebuah negara.

Di dunia ini ada begitu banyak mata uang, sehingga jika mata uang dalam negeri kalah dengan mata uang negara lain, barang-barang impor akan mengalami kenaikan harga dan bisa sulit dijangkau oleh konsumen domestik. Di saat yang bersamaan, harga barang yang diekspor ke luar negeri justru semakin murah karena nilai mata uang kita lebih rendah dari negara tujuan ekspor.

Inflasi merupakan sebuah fenomena ekonomi yang bisa dialami oleh negara manapun. Terjadinya inflasi biasanya telah diantisipasi oleh sebuah negara agar kondisi semakin memburuk, sehingga kondisi ekonomi negara akan tetap stabil dan negara tidak mengalami kerugian atau bahkan kebangkrutan. Namun, tidak selama inflasi merupakan hal yang buruk. Setiap tahunnya negara selalu mengalami inflasi. Hanya saja jika rasio inflasi masih ada di kisaran 2-3% setiap tahun maka masih bisa dianggap aman dan tidak mempengaruhi perekonomian di tingkat negara maupun di tingkat individu.

Dalam upaya mencegah inflasi, pemerintah terus memberikan kontrol yang ketat terhadap semua hal yang mungkin bisa memicu terjadinya inflasi.

Sumber https://www.simulasikredit.com