Sistem Pembayaran Nontunai Selama dan Setelah Pandemi

Cetak

Ketika jumlah kasus positif Covid-19 terus meningkat di Indonesia, masyarakat diminta untuk menjalankan aturan social distancing yang ketat, seperti membeli makanan lewat layanan antar atau dengan mengurangi ketergantungan pada uang tunai.Riset telah memperingatkan bahwa virus corona dapat ditularkan melalui perpindahan uang dari tangan ke tangan. Oleh karena itu, banyak Negara termasuk Indonesia kini dipaksa untuk mempertimbangkan penggunaan uang tunai ketika membeli barang atau jasa. Bahkan, Covid-19 mungkin saja menjadi katalis bagi masyarakat Indonesia untuk menggunakan pembayaran nontunai (contactless payment).

Teknologi yang mendukung pembayaran nontunai telah maju pesat dalam beberapa tahun terakhir. Transisi ini diperkirakan tidak akan mengalami hambatan besar, mengingat para pedagang dan konsumen berupaya keras memutus penyebaran virus corona ketika mereka menjalankan kegiatan sehari-hari.

Keamanan Pembayaran Bermakna Baru

Indonesia telah melakukan barbagai langkah menuju masyarakat nontunai. Pada 2019, sebuah studi yang dilakukan oleh Visa mengungkapkan bahwa 89% masyarakat Indonesia lebih suka membayar biaya transportasi umum menggunakan kartu debit atau kartu kredit.

Sedangkan 61% di antaranya manyatakan pembayaran dengan kartu lebih aman daripada menggunakan uang tunai. Memang, teknologi non-tunai telah dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek keamanan dan kenyamanan. Platform ini biasanya memiliki fitur fraud detection, serta metode otentikasi yang baik untuk membantu melindungi pengguna, perbankan, dan lembaga keuangan dari ancaman penipuan.

Fitur-fitur ini meliputi pemantauan transaksi secara real-time, pendeteksian aktivitas penipuan, pemahaman pola transaksi berbasis perilaku, dan metode pemberitahuan pengguna yang tidak mengganggu. Setiap transaksi non-tunai mengunakan sebuah kode unik. Setiap kode unik ini dilindungi oleh lapisan otentikasi, pemantauan dan enkripsi data untuk menjaga keamanan finansial setiap orang, sehingga terjalin kepercayaan di sisi konsumen dan pedagang.

Pembayaran non-tunai memberikan sebuah cara yang aman dan terpercaya saat pandemi yang terjadi saat ini. Ketika membeli barang atau jasa, seseorang tidak perlu melakukan kontak fisik apapun di toko atau menyerahkan uang tunai ke pegawai toko.

Sistem non-tunai saat ini memungkinkan masyarakat Indonesia melakukan tap-and-go —yakni membayar dengan menggunakan kartu kredit/debit atau dompet digital di terminal pembayaran (point of sales). Hal ini tidak saja meningkatkan kecepatan transaksi secara signifikan, tapi juga sangat mengurangi risiko penyebaran zat atau mikroba berbahaya melalui kontak langsung.

Teknologi untuk Membangun Kepercayaan

Indonesia diharapkan mencapai kemajuan bertahap dalam mengurangi ketergantungan pada pembayaran tunai, dengan total transaksi menggunakan kartu akan meningkat dari US$ 44,5 miliar pada 2019 menjadi US$ 57,1 miliar pada 2023.

Wabah Covid-19 akan mempercepat proses ini. Dalam sekejap, kesenjangan operasional dan kesiapan digital di banyak perusahaan terlihat jelas ketika banyak perusahaan mencari cara untuk berhubungan dengan pelanggan secara virtual. Kini semakin banyak perusahaan dipaksa untuk mempercepat proses transformasi membangun brand mereka di berbagai platform sehingga dapat terus eksis dan dipercaya pelanggan.

Di sisi teknologi, langkah penting pertama adalah memastikan keselamatan dan keamanan data pemegang kartu. Hal ini meliputi nomor kartu kredit dan informasi penting lain yang tersimpan di dalam kartu. Enkripsi adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi data pemegang kartu ketika kartu digunakan, untuk memastikan agar perangkat pembaca kartu dapat secara aman mengindentifikasi setiap transaksi.

Hal ini dapat mencegah pelaku kejahatan membuat kartu non-tunai palsu. Perusahaan dituntut memberikan rasa aman pada data pribadi pelanggan ketika menggunakan pembayaran nontunai. Sudah pasti, perusahaan harus mencari solusi terhadap hal ini di dunia pasca virus corona.

Perusahaan yang gagal beradaptasi dan membangun lingkungan bisnis virtual yang aman dengan metode pembayaran nontunai canggih dan menerapkan fraud detection, akan tertinggal oleh pesaingnya.

Kekacauan Hari Ini, Peluang di Hari Esok

Teknologi dan sistem pembayaran non-tunai telah memainkan peran besar dalam membantu pembeli dan penjual menjaga normalitas dalam situasi yang belum pernah ada sebelumnya. Untuk brand-brand yang sangat tergantung pada trafik pengunjung, kemampuan mengatasi kekacauan akibat Covid-19 melalui penggunaan teknologi berpotensi menyelamatkan bisnis mereka.

Misalnya, sebuah jaringan restoran makanan cepat saji lokal harus tetap melayani pelanggan setia mereka tapi tidak dapat melayani pelanggan yang makan di tempat. Dengan sedikit penyesuaian pada proses pemesanan— termasuk penerapan panduan kesehatan dan metode pembayaran baru yang menghindari kontak fisik dengan terminal pembayaran atau menyerahkan uang tunai kepada karyawan restoran—maka restoran cepat saji tersebut dapat tetap buka dan bersaing, meskipun ada berbagai aturan pembatasan untuk mengendalikan wabah.

Pandemi Covid-19 mungkin bisa menjadi katalis bagi perubahan— mendorong berbagai perusahaan di Indonesia untuk melakukan adaptasi pada sistem pembayaran mereka-- agar menjadi lebih lincah dan siap secara digital untuk menghadapi potensi kekacauan di masa depan.

Pembayaran nontunai tentu akan menjadi metode yang digunakan di masa depan, yang penerapannya secara luas di Indonesia akan didorong oleh kepercayaan terhadap platform otentikasi tunggal.

Saat ini, pandemic global mengubah bentuk pasar di seluruh Tanah Air, serta seluruh perekonomian, kesehatan dan kehidupan konsumen, sangat ditentukan oleh semua itu.

Sumber https://investor.id/