Transformasi Koperasi di Era Digital

Cetak

Di era digital koperasi harus segera bertransformasi, khususnya transformasi digital untuk tetap bertahan. Namun yang perlu diingat, transformasi koperasi ini seharusnya tak dilakukan hanya dengan mengaplikasikan software terbaru, tapi juga harus melakukan perubahan model bisnis, manajemen, dan pelayanan.

Menurut Chief Executive Officer Multi Inti Digital Bisnis (MDB) Subhan Novianda, untuk melakukan transformasi digital, ada tiga tantangan yang harus dihadapi koperasi yaitu penguasaan teknologi, menyiapkan proses yang benar dan menyiapkan sumber daya manusia yang benar.

Selain itu, sebenarnya harus dibenahi adalah mengubah mindset atau pola pikir masyarakat terhadap koperasi dan bagaimana model bisnis koperasi itu dilakukan.

Dalam hal penggunaan teknologi, pada industri 4.0, poin intinya adalah menggabungkan dunia cyber dan dunia physical.

Tujuannya bukan membuat robot yang menggantikan manusia, tetapi membuat teknologi yang membantu manusia. Jadi, dalam industri 4.0 konsep utamanya adalah membangun information society.

Teknologi melebur ke dalam kehidupan sehari-hari manusia. Pelakuutamanya bukan teknologi, tetapi manusianya.

Subhan menambahkan, proses atau model bisnis koperasi di era digital, bentuk koperasi badan hukum bukan koperasi namun dengan model bisnis berjiwa koperasi, yakni gotong royong dan kebersamaan, akan terus berkembang.

Salah satu contoh yang kini sudah mulai muncul adalah para anak muda yang berjiwa sosial dan mempunyai keinginan bersosialisasi. Mereka berkolaborasi dan bersepakat membuat startup.

Hal ini mencerminkan adanya usaha dari para generasi milenial untuk membangun startup baik dalam bentuk koperasi, Perseroan Terbatas (PT), ataupun yang lain dengan berjiwa koperasi, yaitu gotong royong dan kebersamaan.

Apa yang dilakukan para anak muda ini bisa merupakan titik masuk untuk mengubah mindset masyarakat tentang koperasi.

Jadi, koperasi di masa depan tidak hanya koperasi simpan pinjam atau koperasi multiguna, namun diharapkan kelak akan muncul koperasi dalam berbagai bentuk dan jenis dengan bergabungnya kreatifitas para startup ini.

Salah satu proses atau model bisnis koperasi, yaitu koperasi dengan core business di bidang pembiayaan, yang kini sudah mulai digarap para startup antara lain bahwa koperasi simpan pinjam harus setara dengan digital banking.

Layanan unggulan dari model ini adalah outcome yang diberikan kepada anggota koperasi dalam bentuk digital, di mana anggota koperasi akan diberikan kemudahan, seperti cek saldo, melakukan pembayaran/pinjaman, dan lain sebagainya, cukup dengan menggunakan aplikasi saja dan tidak perlu mendatangi kantor koperasi.

Model bisnis lain yang layak dilirik koperasi untuk bertransformasi adalah omni channel. Omni channel adalah model bisnis lintas channel yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan kenyamanan dan kemudahan pelanggan.

Dalam model bisnis omni channel, pelanggan dapat melakukan pembelian barang secara online sekaligus secara offline.

Dalam model bisnis ini, koperasi bisa bertindak sebagai market place yang menggabungkan layanan penjualan secara online dan dunia retail secara offline.

Amazon dan Alibaba adalah market place yang sudah menerapkan model bisnis omni channel dan diprediksi model bisnis seluruh market place dunia akan bertransformasi kea rah omni channel.

Koperasi tentu bisa bertransformasi ke model bisnis omni channel, dengan menggabungkan teknologi dan konsep koperasi.

Koperasi bisa bertindak sebagai pusat layanan berbagai komoditi yang memanjakan anggotanya sebagai manusia, bukan sekedar nomor koperasi dan nominal iuran bulanan.

Menurut Subhan, beberapa koperasi di Indonesia, terutama yang didanai perusahaan swasta sudah mulai bertransformasi.

"Koperasi akan menjadi alternatif untuk masyarakat dalam berbelanjan. Misalnya, jika masyarakat akan membeli barang atau makanan, apakah dia ke toko koperasi atau ke toko biasa. Ini akan saling berkompetisi," kata Subhan

Sumber tulisan https://m.detik.com/inet/business/