×

Error

COM_CWTRAFFIC_MSG_MISSING

Tiga Bulan Lagi 2020 Habis, Program Ini Ajak UMKM Ngebut Pulihkan Ekonomi

Tiga Bulan Lagi 2020 Habis, Program Ini Ajak UMKM Ngebut Pulihkan EkonomiSejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan oleh kota-kota besar pada Maret 2020 silam, yang pada akhirnya harus diakhiri untuk bisa memulihkan ekonomi nasional, pada akhirnya kita tidak bisa menutup mata bahwa pandemi Covid-19 ini akan mengubah seluruh bentuk aktivitas masyarakat. 

Terutama aktivitas bisnis yang sempat terhenti dan membuat kontraksi yang cukup menekan angka pertumbuhan ekonomi nasional. Tak mau berlarut-larut dalam keterpurukan, mau tidak mau perekonomian harus terus tetap berjalan. Belajar dari krisis moneter tahun 1998, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah satu-satunya sektor yang mampu menghidupkan perekonomian Indonesia.


Kepada GNFI, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira pada 4 Mei 2020 lalu pernah mengatakan bahwa, ‘’Selalu ada teori bahwa ketika terjadi krisis, UMKM selalu jadi tulang punggung.’’
Melihat situasi pandemi dan untuk mempersiapkan segala kenormalan baru setelahnya, sistem ekonomi yang terjadi pun akan berubah. Terutama UMKM yang ''dipaksa'' untuk segera masuk dalam sistem digital atau online market.


Tak hanya itu, para pelaku UMKM juga sebenarnya harus melakukan percepatan untuk tidak hanya mampu dan bisa bertahan, melainkan harus tetap mengembangkan usahanya.
‘’Untuk itu para pelaku UMKM selain harus sadar sistem online marketing, juga harus sadar soal finansial, legalitas, kehumasan, dan automasi,’’ ungkap CMO Ninja Xpress, Andi Djoewarsa.


Hal yang diungkapkan Andi pada 24 September 2020 dalam konferensi pers virtual itu juga seiringan dengan peluncuran program terbaru Ninja Xpress yang termasuk dalam rangkaian Ninja Academy, yaitu disebut Aksilerasi. Secara keseluruhan program ini bertujuan untuk mempercepat perkembangan kapasitas dan kapabilitas UMKM agar dapat bersaing di pasar digital.


Terutama menghadapi tantangan bisnis yang baru dengan adaptasi baru dan dinamika pasar yang seolah terus berubah sepanjang pandemi ini belum berakhir. Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, Luhur Pradjarto, yang hadir pada peluncuran tersebut juga mengatakan bahwa, ‘’Ada perubahan perilaku konsumen. Orang yang punya duit, kini lebih memilih untuk menahan duitnya.’’


‘’Untuk bertahan dalam badai bisnis akibat pandemi, UMKM lokal memerlukan pendampingan atau mentorship yang intensif agar siap sedia terjun ke pasar digital sesegera mungkin. Sebagai komitmen kami untuk negeri, dalam program Aksilirasi ini Ninja Xpress menghadirkan fasilitas khusus bagi UMKM agar dapat mengakselerasi kemampuan mereka dalam berbisnis online sesingkat tiga bulan,’’ papar Country Head Ninja Xpress, Ignatius Eric Saputra.


Program Akselirasi ini memang diungkapkan Eric berbeda dengan program Ninja Academy. Di awal sebanyak 700 ribu UMKM pernah mendaftar ke dalam program Ninja Academy dan akan dipilih 2000 UMKM saja.


Sedangkan untuk program Aksilerasi ini Ninja Xpress hanya akan memilih 20 UMKM sebagai kelompok atau gelombang pertama. Jika program ini dapat dievaluasi dan terbukti efektif untuk membantu UMKM, maka tidak menutup kemungkinan pihak Ninja Xpress akan memilih kembali UMKM lainnya yang potensial untuk diberikan mentoring akselerasi selanjutnya.


Tak hanya sekadar percepatan atau akselerasi, program Aksilerasi ini juga memiliki parameter naik kelas secara umum yang dikutip dari penjelasan Buchori, Ketua Student Enterpreneurship Center (SEC) dari Universitas Sumatera Utara.


Ada lima parameter, yaitu:
• Pelaku UMKM memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan berpengetahuan.
• UMKM sudah memakai sistem pemasaran berbasis IT serta mampu melayani pesanan produk melalui internet.
• Fokus pada pelayanan konsumen, mampu menghasilkan produk yang demand driven berdasarkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen.
• Pelaku usaha sudah bersikap adaptif.
• UMKM sudah berbasis teknologi, artinya dalam proses produksinya sudah menggunakan teknologi yang ada.

Untuk parameter kelima, Andi menambahkan bahwa hal tersebut diakui akan memakan banyak biaya. Namun hal tersebut nantinya akan memacu kemampuan para pelaku UMKM dalam mendapatkan dana segar dan bagaimana cara menentukan perencanaan mereka selama ke depan.

‘’Pada dasarnya bagaimana mereka bisa meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam bisnisnya,’’ pungkas Andi.
Nantinya program Aksilerasi ini akan disesuaikan dengan kebutuhan para UMKM yang terbagi dalam tiga klaster. Metode klasterisasi ini dilakukan dengan cara survei dengan mempertimbangkan tiga aspek, yaitu terkait omset dan kanal jenama melalui sosial media, lalu penilaian akan aspirasi untuk tumbuh dan mengembangkan bisnisnya, serta penilaian akan keunikan produk dan jasanya.

Sehingga terbagi klasterisasi sebagai berikut:
• Klaster A yang sudah memiliki omset lebih dari Rp1 miliar dengan optimisme percaya diri dalam pengelolaan SDM dan keuangan.
• Klaster B memiliki omset lebih dari Rp500 juta sampai dengan Rp1 Miliar dengan optimisme dan kepercayaan diri dalam pengelolaan SDM.
• Sedangkan Klaster C yang memiliki omset maksimal Rp500 juta dengan optimisme menambah omset.

Klaster-klaster tersebut nantinya akan membentuk kurikulum program yang akan memprioritaskan apa saja yang dibutuhkan oleh UMKM. Meski programnya hanya berlangsung selama tiga bulan, namun pihak Ninja Xpress akan membuka mentoring bisnis seluas-luasnya meski program telah berakhir.

Sumber https://www.goodnewsfromindonesia.id

Copyright © 2024 Pustikom Universitas Bung hatta