Alasan Mengapa Deflasi Pada Akhirnya Akan Menyebabkan Terjadinya Inflasi

Print

Inflasi masih menjadi momok yang menakutkan bagi negara. Karenanya, negara berusaha menjaga harga barang dan jasa tetap terkendali. Perlu dipahami, tetap terkendali berarti tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi. Sebab jika harga barang terlalu rendah, maka akan menyebabkan deflasi yang pada akhirnya akan berakhir dengan inflasi.

Walau merupakan 2 hal yang berbeda dan bertolak belakang, namun sebenarnya deflasi dan inflasi bisa saling terhubung. Bahkan deflasi bisa merupakan langkah awal terjadinya hiperinflasi di masa depan. Tentunya apabila tidak bisa ditangani dengan baik oleh pemerintah negara yang mengalaminya. Bagaimana sebenarnya deflasi dan inflasi bisa saling terhubung?

Apa Itu Deflasi dan Inflasi?

Deflasi adalah penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu negara. Penurunan haruslah terjadi di banyak sektor, bukan hanya 1 atau 2 barang saja. Penurunan harga ini pun harus memiliki dampak yang besar, baru bisa dikatakan sebagai deflasi.

Contohnya berakibat pada menurunnya upah pekerja. Deflasi bisa disebabkan karena pemerintah menurunkan nilai mata uang. Bisa juga karena kurangnya jumlah uang yang beredar.

Sedangkan, inflasi adalah peningkatan harga barang secara signifikan. Inflasi bisa disebabkan karena banyak faktor. Salah satunya adalah jumlah uang yang beredar terlalu banyak. Hal ini akan langsung berakibat pada harga barang.

Akibatnya, lama-kelamaan nilai uang pun seperti tidak terlalu berarti. Karena harga terus naik, nilai uang yang awalnya dianggap cukup besar menjadi tidak terlalu berarti.

Jika dilihat dari penyebabnya saja, deflasi dan inflasi justru berbanding terbalik. Lalu bagaimana keduanya bisa saling berhubungan?
Dari Deflasi Hingga ke Inflasi

Jika sebuah negara mengalami deflasi dan tidak bisa ditangani dalam jangka waktu yang cukup lama, maka sebenarnya deflasi mengarah pada hiperinflasi. Berikut kira-kira gambaran mengapa deflasi justru bisa menyebabkan inflasi:

Bank sentral memompa aset di atas kertas, contohnya adalah nilai saham. Hal ini menyebabkan keuntungan berpindah dari aset nyata ke aset di atas kertas. Hal ini pun bisa menyebabkan penurunan atau deflasi pada aset nyata. Di tahap awal, hal ini mungkin tidak berdampak langsung pada harga-harga barang. Namun ini adalah tahap awal.


Aset komoditi mulai diperdagangkan di bawah biaya produksinya. Pada tahap ini, sudah dapat diperkirakan bahwa hal ini bisa mengarah pada deflasi, apabila terus dibiarkan. Bank sentral pun merespon dengan cara mencetak uang lebih banyak. Ini dilakukan dengan harapan bisa memperbaiki keadaan.


Namun jumlah uang yang banyak bukan berarti masalah selesai. Justru lama-kelamaan akan timbul masalah baru.
Saat negara mengalami deflasi, biasanya harga barang impor menjadi lebih mahal, sementara barang produksi dalam negeri lah yang terjangkau. Namun karena nilai mata uang yang menurun, maka masyarakat akan cenderung tdak menggunakan uang mereka untuk hal-hal yang tidak terlalu peting.


Masyarakat akan cenderung menyimpan uang, mengingat jumlah uang yang beredar terbatas. Keadaan perekonomian negara pun tidak stabil. Karena itu, saat deflasi, pada umumnya daya beli masyarakat menjadi menurun.


Karena harga barang terus jatuh, kegiatan ekspor barang bisa diuntungkan. Karena negara lain akan membeli barang dari negara yang sedang terkena deflasi. Namun pada kenyataannya, metode ini tidak selalu berhasil. Kalau nilai ekspor tidak meningkat saat deflasi, keadaan ini tentu tidak menguntungkan baik bagi produsen barang, eksportir, maupun pemerintah.
Akibatnya, produsen barang pun akan merugi. Membayar tenaga kerja pun menjadi terlalu berat.

Belum lagi biaya produksi, dan lain-lain. Akibatnya, produsen pun mengurangi produksi mereka dari jumlah biasanya. Jika keadaan terus berlanjut, bukan tidak mungkin banyak produsen yang memutuskan untuk tidak memproduksi lagi.
Karena tidak ada produksi barang, maka kekurangan komoditas pun terjadi. Akhirnya jumlah barang yang beredar di pasaran berkurang dan menjadi langka. Akibatnya? Sudah bisa diperkirakan, harga pun akan meroket.


Naiknya harga barang biasanya terjadi bersamaan dengan keputusan pemerintah dan Bank Sentral untuk mencetak uang lebih banyak. Pada saat ini, harga aset di atas kertas akan menurun drastis. Harga barang nyata akan meningkat tajam. Bank Sentral pun akan kehilangan kontrol pada tahap ini.


Di tahap inilah, inflasi mulai terjadi. Karena harga barang yang naik tajam, uang yang beredar banyak tidak akan ada artinya. Masyarakat dituntut untuk mengeluarkan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Akibatnya, masyarakat menjadi kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Hal ini pun mengarah pada keengganan untuk menabung. Karena tingginya tuntutan hidup, orang jadi tidak bisa menabung walaupun mereka ingin. Karena setelah menerima gaji, misalnya, mereka harus langsung menghabiskannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.


Pada tahap ini, nilai mata uang akan semakin menurun dan harga barang terus naik. Inilah yang dinamakan hiperinflasi.
Jadi kesimpulannya:

Rakyat Kehilangan harga beli –> menyebabkan deflasi –> harga barang-barang turun –> ekonomi tidak berputar & produksi barang berhenti –> karena produksi berhenti, barang menjadi langka & mahal –> pemerintah mencetak uang –> uang dibagi-bagikan kepada rakyat supaya mampu beli –> terjadilah inflasi.
Penyebab Lain dari Deflasi dan Hiperinflasi

Salah satu penyebab lain dari deflasi adalah besarnya hutang negara. Untuk bisa membayar hutang, pemerintah mencoba menanggulanginya dengan mencetak uang yang banyak. Bukannya mengatasi masalah, jumlah uang yang banyak inilah yang kemudian menyebabkan harga barang langsung naik secara tajam.

Penyebab lainnya adalah pemerintah yang dengan sengaja menurunkan nilai mata uang. Tujuannya untuk meningkatkan nilai ekpor negara dan menaikkan jumlah produksi negara tersebut. Namun jika hal ini tidak dikontrol dengan baik, maka akan berdampak buruk ke depannya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Bagaimana Masyarakat Harus Menyikapinya?

Baik deflasi maupun inflasi, biasanya masyarakat lah yang akan merasakan dampak buruknya secara langsung. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah bersiap.

Memiliki investasi, apapun bentuknya dan seberapa pun jumlahnya, menjadi sangat penting. Karena hanya investasi lah yang bisa membantu di saat keadaan ekonomi sedang tak menentu.

Sumber https://www.simulasikredit.com