Guna meningkatkan pemahaman guru dan siswa terhadap Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) dan Universitas Bung Hatta menyelenggarakan sarasehan lewat webinar.
Sarasehan yang bertajuk Kesiapan Sekolah Melaksanakan AKM Tahun 2021 dilaksanakan pada Selasa (30/3/2021) secara daring atau virtual.
Zulfadli, S.Kom., M.Sc yang merupakan Dosen Prodi Teknologi Rekayasa Komputer Jaringan (TRKJ) bertindak sebagai Host dan Dr. Syukma Netti, M. Si Wakil Dekan FKIP memandu jalannya sarasehan.
Rilis yang diterima TribunPadang.com, Kamis (1/4/2021) menyeyutkan kegiatan kali ini diikuti lebih dari 500 peserta dari Guru dan Kepala Sekolah SLTA serta pejabat terkait di dalam dan luar Sumatera Barat.
Acara dibuka oleh Rektor Universitas Bung Hatta Prof. Dr. Tafdil Husni, S.E., M.B.A. Dalam sambutannya Tafdil menyampaikan, program Merdeka Belajar merupakan kebijakan besar yang digagas oleh Kemdikbud RI.
Utamanya, dalam rangka mewujudkan transformasi pengelolaan pendidikan di Indonesia. Salah satu implementasinya adalah mengganti Ujian Nasional (UN) dengan Asesmen Nasional (AN)
Asesmen Nasional sendiri terdiri atas tiga bagian, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
"Kebijakan ini merupakan penanda perubahan paradigma evaluasi pendidikan dan peningkatan sistem evaluasi pendidikan. Tujuan utamanya mendorong perbaikan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta didik yang tidak saja berorientasi pada nilai," ujar Tafdil melalui rilis.
Selanjutnya Prof. dr. Fasli Jalal, Sp.Gk, Rektor Universitas YARSI dan Pembina MDG-N, sebagai tokoh pendidikan yang sangat peduli dengan pendidikan di Sumatera Barat memberikan motivasi kepada guru, orang tua, dan semua pihak agar tidak berpikir negatif dalam menyikapi AKM.
Ia juga meyakikan kepada para peserta serasehan bahwa AKM ini sangat besar manfaatnya untuk pengembangan pendidikan untuk masa yang akan datang.
Melalui AKM, pemerintah dapat memetakan sekolah-sekolah di daerah berdasarkan kompetensi minimum. Literasi yang dimaksud bukan sekadar kemampuan membaca, tapi juga kemampuan menganalisis suatu bacaan serta kemampuan untuk mengerti atau memahami konsep di balik tulisan tersebut.
Sementara itu, numerasi adalah kemampuan menganalisis menggunakan angka serta menekankan literasi dan numerasi bukan tentang mata pelajaran bahasa atau matematika, melainkan kemampuan murid agar dapat menggunakan konsep literasi ini untuk menganalisa sebuah materi.
Dalam pelaksanaannya, AKM dan Survei Karakter terdiri atas soal-soal yang mengukur kemampuan bernalar menggunakan bahasa, kemampuan bernalar menggunakan numerasi, dan penguatan pendidikan karakter. AKM dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif, yaitu literasi dan numerasi.
Dampak dari AKM diharapkan dapat memperbaiki budaya belajar; tidak ada dikotomi antara mata pelajaran UN dan mapel non-UN, tidak ada mata pelajaran utama dan pelengkap, tidak ada percepatan materi atau bimbingan intensif serta meningkatkan proses pembelajaran.
Untuk menguak kesiapan dan problematika di sekolah dalam menghadapi pelaksanaan AKM, dihadirkan narasumber perwakilan Sekolah yaitu M. Hernandar, S. Pd., M. Si Kepsek SMA Negeri Agam Cendikia.
Hernandar menjelaskan hal-hal yang telah dipersiapkan sekolah dan beberapa kendala yang ditemui, seperti belum tersosialisikannya AKM kepada seluruh stakeholder serta belum lengkapnya sarana dan prasarana, misalnya masih lemahnya jaringan internet.
Pembicara selanjutnya Dr. Subanji., M. Si Dosen Universitas Malang yang juga Wakil Ketua Panitia Nasional Uji Kompetensi Mahasiswa PPG. Subanji memaparkan beberapa contoh soal tentang uji numerasi dan kaitannya dengan pola pembelajaran yang selama ini dilaksanakan guru.
Turut hadir dari jajaran pemerintah Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar, Adib Alfikri, SE., M.Si. Adib mengungkapkan bahwa Pemerintah Daerah sangat mendukung pelaksanaan AKN, yang saat ini sedang dipepersiapkan segala sesuatunya agar pelaksanaan AKN dapat berjalan secara bertahap.
Disamping itu, Dr. Syarifuddin, M.Pd yang merupakan Widyaiswara LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) Sumatera Barat mengungkapkan bahwa masyarakat Sumatera Barat tidak khawatir dan mendukung pelaksanaan AKM.
Wakil Rektor III Universitas Bung Hatta yang membidangi Kerjasama, Dr. Hidayat, S.T., M.T., IPM mengungkapkan bahwa, perlu adanya sinergi antara Perguruan Tinggi dengan sekolah dalam mencapai hasil AKM yang lebih baik.
"Perguruan Tinggi memiliki banyak sumber daya manusia dengan kompetensi beraneka ragam, sehingga dapat berbagi dengan sekolah. Demikian juga ketersediaan peralatan dan sumber pembelajaran yang lengkap, dapat dipergunakan oleh siswa," ujar Hidayat.
Pada kesempatan itu, Hidayat mewakili Universitas Bung Hatta menawarkan kerjasama dengan sekolah-sekolah.(*/rel)