Masyita Crystallin Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi dalam #UangKita Talk: Digital Transformation to Accelerate Indonesia's Economic Growth, Senin (23/11) mengatakan bahwa ekonomi Indonesia telah mengalami rebound di kuartal ke-3 tahun 2020. "Pemulihan ekonomi Indonesia sebenarnya sudah mulai membaik di kuartal ke-3," jelasnya.
Ia melanjutkan, pemerintah dalam program PEN menjaga keseimbangan sisi permintaan (konsumsi dan menjaga daya beli) dan penawaran (produksi, investasi). Oleh karena itu, pemerintah menstimulasi atau memberikan insentif baik dari sisi permintaan dan penawaran. Dengan berbagai kebijakan dan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan, riak perekonomian sudah mulai meningkat di kuartal ke-3.
"Beberapa yang paling mulai kelihatan selain konsumsi pemerintah adalah rebound di konsumsi rumah tangga maupun investasi. Kedua sisi ini sudah mulai meningkat," jelasnya.
Sektor-sektor yang terpengaruh karena pembatasan aktivitas fisik contohnya perdagangan, transportasi pergudangan, konstruksi, makanan dan minuman. Sektor yang pertumbuhannya cukup baik di masa pandemi adalah ICT tumbuh stabil di atas 10% di kuartal 2-3, dan sektor kesehatan untuk melindungi masyarakat.
Menariknya sektor pertanian, dari beberapa kali krisis berperan sebagai shock absorber dan menyerap banyak tenaga kerja (labour intensive). Karena biasanya kaum urban apabila ekonomi di perkotaan melemah, mereka sebagian akan kembali ke desa, masuk ke pertanian. Ada tiga sektor yang menyerap tenaga kerja paling tinggi yaitu pertanian, perdagangan, dan manufacturing.
"Sektor-sektor yang sifatnya shock absorber dan menyerap tenaga kerja tinggi seperti ini perlu ditingkatkan value added-nya dan competitiveness-nya agar mampu tumbuh tinggi, bertahan di pertumbuhan ekonomi di level selanjutnya bagi pembangunan Indonesia," jelasnya.
Sektor masa depan seperti ICT sebelum pandemi juga selalu meningkat tiap tahunnya, akan semakin tinggi inklusivitasnya atau penggunaannya dari segi permintaan konsumen suka menggunakan service ICT maupun sisi produksi dengan teknologi dan Artificial Intelligence (AI).
Peningkatan aktifitas digital di masa pandemi makin meningkat, contohnya UMKM di masa pandemi yang melakukan online kontraksinya lebih sedikit dibanding yang secara fisik (offline). Aktifitas pendidikan paling tinggi karena school from home (SFH), sektor manufacturing, dan perdagangan.
"Perekonomian digital di Indonesia dari sisi permintaan dan market sudah cukup besar potensinya akan tetapi tingkat daya saing digital Indonesia masih perlu ditingkatkan dari 3 aspek yaitu knowledge, technology dan future readiness. Artinya ini peluang pertumbuhan masih tinggi," paparnya.
Digitalisasi penting selain kebutuhan zaman, juga meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam jangka pendek, khusus 2021 pemerintah menyiapkan untuk pembangunan TIK sebesar Rp29,6 triliun agar mempercepat adopsi teknologi untuk meningkatkan daya saing. (nr/ds)